Kisah fitnah terhadap Ummul Mukminin Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنها adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah awal Islam yang tercatat dalam Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi Muhammad ﷺ.
Pada suatu perjalanan kembali dari sebuah ekspedisi, Aisyah رضي الله عنها, istri Nabi Muhammad ﷺ, secara tidak sengaja tertinggal di belakang dan ditemani oleh seorang sahabat yang kemudian diberi julukan Safwan bin al-Mu’attal. Ketika mereka kembali ke tempat perkemahan, para musuh Islam yang ingin mencari-cari celaan terhadap Nabi ﷺ dan para sahabatnya, memanfaatkan kesempatan ini untuk menyebar fitnah bahwa Aisyah رضي الله عنها berselingkuh dengan Safwan.
Fitnah ini menyebar dengan cepat, menimbulkan kegemparan di kalangan masyarakat Muslim. Bahkan, beberapa orang munafik turut menyebarkan fitnah ini dengan tujuan merusak citra Islam dan keluarga Nabi Muhammad ﷺ.
Nabi Muhammad ﷺ sendiri sangat terpukul oleh fitnah ini. Aisyah رضي الله عنها merasa sangat sedih dan terluka oleh tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar tersebut. Namun, dalam kesulitan itu, Allah SWT memberikan jaminan dan membela kehormatan Aisyah رضي الله عنها.
Allah ta’ala memerintahkan agar para sahabat yang mendengar fitnah itu tidak menyebarkannya lebih lanjut tanpa verifikasi yang jelas. Al-Qur’an menegaskan kesucian Aisyah رضي الله عنها dan menegur orang-orang yang menyebar fitnah tersebut.
Nabi Muhammad ﷺ, atas petunjuk dari Allah ta’ala, memberikan klarifikasi publik tentang kesucian Aisyah رضي الله عنها. Pada akhirnya, kebenaran terungkap, dan para penyebar fitnah itu dihukum sesuai dengan kesalahan mereka.
Kisah fitnah terhadap Aisyah رضي الله عنها adalah pelajaran bagi umat Islam untuk tidak mudah percaya pada fitnah dan gosip, serta pentingnya untuk mencari kebenaran sebelum menyebarluaskan informasi. Kisah ini juga menunjukkan tingginya akhlak dan kesabaran Aisyah رضي الله عنها dalam menghadapi cobaan yang begitu berat.